Rumah Adat Istana Balla Lompoa Kabupaten Maros |
Rumah Adat Istana Balla Lompoa Kabupaten Maros merupakan Istana kerajaan Marusu yang menjadi kediaman Karaeng Marusu bersama dengan keluarganya. Istana Balla Lompoa Kabupaten Maros merupakan salah satu bagian dari sejarah terbentuknya Kabupaten Maros yang kita kenal sampai sekarang. Rumah Adat Istana Balla Lompoa Kabupaten Maros ini telah berusia ratusan tahun, meskipun begitu masih mempertahankan eksistensinya sebagai warisan aksitektur suku Bugis Makassar dari Kerajaan Marusu.
Secara Astronomis Rumah Adat Istana Balla Lompoa Kabupaten Maros terletak
pada titik
Rumah
Adat Istana Balla Lompoa Kabupaten Maros berdiri di atas lahan
Pada sisi kanan Istana Balla Lompoa Kabupaten Maros terdapat Baruga,
yaitu bangunan tambahan yang dimanfaatkan sebagai Sekretariat Lembaga Seni Budaya “Barasa” Kabupaten Maros. Barasa
ini dihubungkan oleh sebuah lorong dengan Balla Lompoa yang arahnya menghadap
ke teras Balla Lompoa Kabupaten Maros. Di dalam pekarangan Istana Balla Lompoa
juga terdapat sebuah rumah yang dibangun oleh salah seorang keluarga inti
karaeng Marusu, yang terletak di sisi
timur, namun tidak terhubung secara langsung oleh Istana Balla Lompoa. Di
antara bangunan tersebut, terdapat sumber mata air yang dapat dimanfaatkan oleh
keluarga istana berupa sebuah sumur. Pada
sisi barat Istana Balla Lompoa terdapat sebuah bangunan yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan makanan pokok atau disebut juga sebagai “Lumbung
padi Istana”. Namun, seiring berjalannya waktu lumbung padi tersebut telah
banyak mengalami perubahan bentuk dan bahan. Hal ini dikarenakan adanya
perbaikan atau renovasi yang secara terus-menerus dilakukan agar bangunan
tersebut tetap terlihat indah dan nyaman ketika dikunjungi oleh warga setempat
maupun wisatawan.
Rumah
Adat Istana Balla Lompoa Kabupaten Maros memiliki bentuk tipologi rumah kembar
atau dalam bahasa bugis disebut juga sebagai “Bola Kambarae” dan dalam bahasa
makassar disebut juga sebagai “Balla’ Kambara’”. Bentuk ini bukan sembarang
bentuk, akan tetapi menyimbolkan dan menggambarkan sebuah kekuasaan yang lebih
dari satu suku, yakni suku bugis dan
makassar dengan predikat “Andi”
untuk suku bugis dan predikat “Daeng” untuk suku makassar. Istana Balla Lompoa
memiliki bentuk atap timpalaja yang
bersusun lima dengan makna kekuatan lima kerajaan besar yang ada di Kabupaten
Maros, yaitu Maros, Simbang, Tanralili, Tonrolimae, dan Turikale.
Adapun
aktivitas adat yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat yakni
berupa upacara ritual yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki
yang telah diberikan oleh Allah SWT. kepada masyarakat setempat. Appalili, Kattoboko, Appadendang, dan Kalula merupakan beberapa upacara adat
yang masih dilaksanakan dan terus dilestarikan hingga saat ini oleh masyarakat
setempat. Appalili merupakan upacara budaya yang dilakukan setiap tahun
sebelum masyarakat menggarap sawah. Kattoboko merupakan upacara pesta
panen raya sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan atas keberhasilan dari
hasil pertanian kepada Allah SWT. Appadendang merupakan upacara berupa
pesta rakyat yang dilakukan pada malam hari dengan menumbuk padi dari hasil
panen. Kalula merupakan
ritual dan doa’ zikir Jum’at yang dilakukan oleh pegawai istana setiap bulan
pada malam Jum’at kecuali pada bulan Muharram dan Maulid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar